Kamis, 02 Februari 2012

Gondang Batak dan Pemahamanya

Gondang Batak dan Pemahamanya

Gondang batak, salah satu karya seni musik batak yang sangat kaya dan menjadi kekaguman bagi dunia. Repertoarnya yang beragam memenuhi segala kebutuhan seni yang digunakan untuk beragam kegiatan seperti pada upacara keagamaan, adat dan hiburan.
Modernisasi telah menggempur sendi kebesaran Gondang Batak. Kita hanya bisa melihat alat kesenian itu dimainkan dengan versi modern, repertoar gondang batak yang asli sudah jarang dimunculkan.
Pargonsi, pemain gondang batak muda tidak lagi mementingkan penguasaan ragam gondang batak, karena pada umumnya masyarakat batak lebih menginginkan irama modern seperti nyanyian bahkan dangdut.
Seniman tua gondang batak saat ini di toba pun sudah jarang memunculkan ragam gondang batak itu karena ketidakmampuan masyarakat mengenalinya.
Saat dimulai pendokumentasian gondang batak, sebagian yang masih diingat nama gondang itu dilakukan pengkajian makna dan pengertian judulnya. Walau agak sulit, akhirnya dapat direka pengertiannya ketika gondang itu dari awal tercipta, dimainkan, diminta dan diaplikasikan pada saat manortor.
Beberapa gondang yang dapat saya simpulkan atas kerjasama dengan para pargonsi, tersusun menjadi narasi singkat untuk memudahkan pemahaman kita akan makna dasar dari gondang itu dibuat dan digunakan.


GONDANG
MULA MULA
Semula Dia sudah ada, dan Dia memulai ada. Ada dunia, jagad raya beserta isinya, Ada bumi dengan manusia bersama mahluk pendampingnya. Dia Mula Jadi, Mula Tempah, mula dari segala sesuatunya yang semuanya harus tunduk kepadaNya.
(Gondang ini umumnya dimainkan saat mengawali acara “mamuhai ulaon” oleh hasuhuton. Sebelum “hasuhuton meminta Mula-Mula, pargonsi lebih dulu memainkan uantaian 7 gondang secara medley yang disebut “sipitulili”)

MULA MULA II (Paidua ni mula2)
Dia diberi anugerah oleh Mula Jadi. Dia diberi kewenangan mengelola bumi untuk pemenuhan kalangsungan hidupnya. Dia memulai karya dan usaha. Dia yang pintar menuturkan sembah “Deak Marujar”. Dia yang pintar menuturkan ilmu pengetahuan “Deak boto-botoan”. Dia yang pertama menghadapi tantangan, kegelisahan, tangis dan gembira. Dia mengajarkan cinta sesama. Dia yang pertama memohon ampun kepada penciptanya. Dia yang pertama menuturkan sembah sujud kepada yang empu-nya, Mula Jadi yang maha besar.
(Deak Parujar adalah Dewi pertama yang menjadi manusia pertama menghuni bumi, begitulah kepercayaan batak dulunya. Dialah yang memohon dan mengkreasi planet earth ini diantara planet-planet yang sudah ada menjadi huniannya setelah memutuskan mmenisah diri dari dunia dewata. Dia adalah memulai selanjutnya untuk kreasi hidup di planet yang dihuni manusia ini)

SIHARUNGGUAN
Jadilah manusia yang dicinta, pintar, bijak dan bestari. Yang memberi pencerahan hingga didekati, yang memberi kehidupan hingga ditemani. Yang memberi tuntunan hingga diikuti. Yang melakukan pembelaan dengan keadilan hingga percayai. Dibelakang, dia ditunggu, didepan dia dikejar, ditengan dia dikerumuni.
(Harungguan, adalah tempat berkumpul. Pekan disebut juga harungguan. Siharungguan artinya yang dikerumuni. Ini merupakan idealismenya pemimpin batak)

SIDABU PETEK
Demokrasi baru muncul di tanah batak. Pemimpin yang dulunya muncul berdasarkan karakter harajaon, pemimpin alam, berobah dengan menjagokan diri dan siap untuk dilakukan voting.
Petek, merupakan koin suara yang dimasukkan kedalam kotak suara dan selanjutnya dihitung. Mulai muncul rasa cemas, menang atau kalah. Butuh kesiapan mental, menerima kedua resiko.
Kalah, harus diterima menjadi kewajaran, walau tidak dapat dipungkiri akan muncul rasa kecewa. Hanya yang berjiwa besar yang dapat menerima kekalahan dan mengakui kemenangan kepada saingannya.
(Berdasarkan pengalaman Panuhari, seorang pargonsi yang ikut pemilihan kepala kampung di salah satu wilayah di Samosir. Dia menggambarkan gejolak antara semangat dan kecemasan mengawali penyertaannya. Fakta, dia harus menerima kekalahan dengan berlapang dada walau diawali dengan rasa kecewa.)


SIBUNGKA PINGKIRAN
Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan. Kehilangan akan menimbulkan kesedihan. Larut dalam duka akan menenggelamkan semangat perjuangan.
Selagi masih dapat berpikir, mari memulai. Selagi masih memiliki kaki, mari berdiri. Ayunkan selangkah hingga kamu dapat berlari.
(Sibungka Pingkiran, adalah mengajak manusia untuk tidak tenggelam dalam kegagalan. Mengajak bergerak dinamis dengan mengutamakan kecerdasan, mampu menganalisa dan tepat membuat keputusan.)

HOTANG MULAKULAK
Hidup adalah perjalanan. Ke depan adalah tujuan. Namun dalam menempuh perjalanan itu tak pelak kadang harus melewati awal keberangkatan, meninggalkan, berkeliling. Tanpa disadari, tanpa dilakukan penghitungan, manusia sudah melakukan perjalanan menuju kedepan namun berulang melintasi titik keberangkatan.
(Hotang, adalah rotan yang tumbuh menjalar melalui tanah, ranting pohon lain, membelit berkeliling hingga melilit batang awalnya. Perjalanan jauh kemungkinan besar akan kembali ke asalanya. Hati yang menjauh juga diharapkan akan kembali kepada untaian kasih yang sempat tertinggal dan terabaikan)


ALIT-ALIT
Hidup bagaikan melintasi hutan belantara. Setiap persimpangan harus diingat dan dibuat tanda arah ke tujuan yang akan dicapai. Kelengahan membaca dan mengingat pertanda menentukan arah akan menyesatkan perjalanan, menghabiskan waktu dan melelahkan.
(Alit-alit, diciptakan Aman Jabatan seorang pargonsi dari Samosir berdasarkan pengalamannya yang tersesat dalam perjalanan. Yang seogianya ditempuh dalam 2 jam, dia tersesat selama satu hari.)


BINTANG SIPARIAMA
Bintang Sipariama sudah muncul. Masa panen pun menjelang. Semangat semakin bergelora, dibarengi kesibukan berbagai persiapan. Kebersamaan pun digalang untuk melakukan panen bersama, “siadap ari” bergantian memetik padi. Tidak ada guna rebutan jadwal, karena kematangan padi yang menentukan. Kegentingan hidup selama “haleon” pacekelik mencair, seraya mengucap syukur kepada Maha Kasih.
(Bintang Pari, adalah pertanda dalam hitungan bulan batak “sipahatolu”. Pada saat itu musim panen mulai marak di Toba. Bila tidak memiliki hasil panen pada bulan ini disebutkan kelaparan di musim panen “anturaparon di sipahatolu, atau anturaparon di sipariama. Biasanya dilontarkan kepada yang malas bekerja dan selalu mengemis menyambung hidup.)


BINTANG NAPURASA
Gemerlap cahaya bintang napurasa akan memerikan keindahan dalam hiasan langit malam. Gemerlap bintang adalah kodratnya yang hanya bisa dilihat di saat kelam. Gemerlap Bintang Napurasa tidak abadi setiap malam. Bila gemerlap datang dan menghilang ingatlah kepada bintang dilangit. Tak selamanya keinginan menjadi kebutuhan. Tak selamanya kebutuhan diukur dengan gemerlap.
(Bintang Napurasa adalah yang nampah jelas menjelang pagi hari. Kecemerlangan seseorang diibaratkan seperti bintang bersinar terang. Kecemerlangan adalah idaman setiap orang, namun ada sebagian masih dalam harapan sehingga lebih sering menjadi pengagum kecemerlangan orang lain)


HATA SO PISIK
Memikul muatan berat, bila lelah, istirahat adalah kesempatan pemulihan tenaga. Bila beban itu ada dalam pemikiran, adalah mustahil dapat diringankan dengan istirahat fisik, karena akan selalu muncul tak beraturan menjadi beban dalam pemikiran.
Seorang pemimpin kadang harus menyimpan rahasia yang tidak dipublikasikan kepada masyarakat untuk mencegah konflik.
(Gondang ini terinspirasi oleh Sisingamangaraja I ketika menerima amanah dari Raja Uti untuk tidak menyebutkan wujud fisik beliau. Tanda dari perjanjian itu kepada Sisingamangaraja I diberi tabutabu siratapullang, sian i ro tusi sumuang molo diose padan. Di tengah perjalanan saat Sisingamangaraja istirahat, beliau terkenang dan dalam hati menyebut wujud dari raja Uti. Beliau terkejut, dan tabutabu sitarapullang pun menghilang. Gondang ini lajim dipinta oleh para Raja untuk mengenang beban tugas mereka dan banyaknya rahasia yang harus dipendam namun harus diselesaikan dengan bijaksana. Irama gondang ini sangat beda dengan gondang “Marhusip” yang sering disebut selama ini Hata So Pisik.)


ALING-ALING SAHALA
Para Raja di kalangan Batak tempo dulu sangat menjaga etika moral, hukum dan adat istiadat. Kapasitasnya dalam menegakkan kebenaran di masyarakat adalah wujud dari kehormatan (hasangapon) dan menjunjung kewibawaan (sahala) pada diri mereka.
Bila nilai tak dapat dipertahankan maka “sahala” (karisma) akan ambruk. Ibarat tanduk yang tercabut dari kepala. Penyesalan tiada guna.
Para Raja Batak dulu mengalami degradasi dengan masuknya peradaban modern melalui penjajahan dan missi agama. Kewibawaan mereka dicabut, perilaku mereka dipandang sesat. Keturunan mereka satu persatu mulai menjauh.
Duka dihatinya tak ditangiskan. Keterpurukan wibawanya bukan karena kesalahan. Sahala mereka mulai menjauh. Mereka berseru melalui gerakan tari diiringi irama; “Mengapa ini harus terjadi?.
(Aling-aling Sahala, diartikan sebagai mengenang/memanggil kembali karisma diri mereka yang hilang dan permohonan maaf kepada Pencipta yang memberikan derajat kehormatan itu (dulu) kepada mereka.)

RAMBU PINUNGU
Kehidupan penuh dengan keanekaragaman. Manusia memiliki pahala masing-masing dan sifat berbeda dalam menjalankan kehidupannya. Bagi seorang pemimpin adalah pekerjaan penuh kecermatan dalam mempersatukan masing-masing perbedaan karakter manusia. Mereka butuh kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan untuk mampu mengemban tugas mulia, mempersatukan derap langkah masyarakat dalam kedamaian, kerukunan dan ketaatan dalam hukum.
(Rambu, adalah untaian pada ujung ulos. Pinungu, artinya dihimpun. Para raja dikalangan batak biasanya menggunakan “talitali” ikat kepala lambang kebesaran yang disebut “tumtuman”. Dari kain hitam yang kedua diujungnya ada rambu warna merah.)


BINDU MATOGA
Aku tanpa kamu tidak berarti. Kamu tanpa aku apakah ada arti? Kamu, aku dan dia adalah kita. Kita bersama memadu pikir demi kepentingan kita dan mereka. Hidup kita bangun, semangat kita galang, setiap sisi kita hempang dari serangan. Selamatkan jiwa dari tindakan buruk orang yang tidak sejalan. Lindungi diri dari serangan penyakit yang membahayakan. Lakukan kajian dimana sisi lemah yang dapat menghancurkan.
Kita adalah sama. Karena bersama kita tegar “toga”. Dalan semua sudut, sisi, waktu, kita catat dalam “bindu” halaman kerja, apa yang sudah kita buat dan apa yang masih perlu dilakukan tindakan. Semua demi keutuhan dan kebersamaan.
(Bindu Matoga. Digambarkan dengan garis segi empat bertajuk delapan sesuai dengan mata angin. Digambarkan sebagai penguasaan semua system alam dengan mencegah hal buruk yang dapat merusak keutuhan dan kesehatan. Nujum bindu matoga sering dilakukan peramal untuk mengetahui dari mana kemungkinan datangnya musuh, penyakit apa yang mungkin muncul. Tindakan apa yang harus dilakukan mengatasi masalah demi kesejahteraan masyarakat.)

SIDOLI NATIHAL
Masa muda bagi seorang pria penuh dengan gairah. Mulai memasuki area kompetisi menunjukkan eksistensi seorang perjaka. Mereka berekspresi penuh dengan tingkah polah untuk mendapat perhatian publik dan lawan jenisnya. Dengan dorongan sifat dinamis untuk mendapat pengakuan. Kadang, mereka salah dalam tingkah laku kemudaannya.
(Biasanya diperdengarkan saat Gondang Naposo dimana para pria menari menunjukkan kebolehannya penuh dengan gaya.)


TANDUK NI HORBO PAUNG
Seseorang yang memiliki kehormatan, adalah yang memegang teguh etika moral dan taat hukum. Dia terkontrol oleh penghormatan kepada dirinya itu dalam semua sikap dan perilakunya. Rambu ini membatasi kebebasan dirinya dalam setiap kesempatan, ibarat kerbau yang bertanduk panjang menjalani lorong sempit. Lolos dalam perjalanan yang penuh tantangan dan godaan adalah kemenangan baginya.
(Nama gondang ini dulunya disebut juga PARDALAN NI HORBO SISAPANG NAUALU. Seekor kerbau yang bentang tanduknya panjang sekitar satu meter. Lorong sempit yang disebut balubu atau bahal adalah lintasan segala ternak ke perkampungan. Kerbau itu kadang kesulitan akibat sempitnya lorong atau adanya dahan yang menjorok ke bahal.)


LILIT TU METER
Kecerdasan dan intelektual Batak sudah teruji sejak jaman dahulu kala. Pertanda dari kecerdasan mereka itu dapat kita lihat dengan bangunan rumah adat, gorga dan ulos. Mereka melakukan pengukuran dengan istilah “suhat” untuk panjang dan tinggi “lilit” untuk mengukur lingkaran.
Dengan datangnya alat ukur “meter” mereka semakin terbekali dan mendapatkan keseragaman ukuran. Ketika meter kayu digunakan, mereka kebingungan saat mengukur diameter karena tidak dapat melilit seperti kebiasaan mereka. Hingga mereka melakukan ukuran kepada tali kemudian mereka melakukan pengukuran dengan melilit.
Apa yang mereka hasilkan hanya dengan pengukuran “suhat” dan “lilit”? Apa perbedaan setelah menggunakan meter? Semua konstruksi, petakan sawah, saluran irigasi, planologi perkampungan yang mereka ciptakan sebelum mengenal meter saat ini masih abadi.
(Pendidikan modern hanya penambahan bekal intelektual mereka. Ini membuktikan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan perkembangan tanpa harus menyebut mereka “bodoh, tertinggal, primitive” sebelum pendidikan formal hadir.)


TUKTUK HOLING
Beragam lambang kebanggaan manusia sejak muda hingga tua. Orang tua batak biasanya makan sirih. Bila gigi sudah makin lemah hati mengeluh, mereka butuh alat penumbuk sirih. Alat penumbuk dikenal setelah datangnya logam yang dibuat khusus menumbuk sirih. Kadang alat penumbuk itu dibuat beragam variasi yang indah dengan material tembaga dan perak. Ada juga yang menempahkan dengan lilitan penghias dari emas. Mereka membanggakan peralatan itu layaknya seperti perhiasan.
Alat penumbuknya dibuat dari besi tembaga keras yang kelak menghentak keras bagaikan patukan burung berparuh besi.
(Tutuk Holing, adalah nama burung yang berparuh keras yang dapat melobangi batang kayu keras untuk membuat sarang dan dan mencari makanan.)

PARSOLUBOLON
Hidup adalah perjuangan. Perjuangan tidak luput dari tantangan. Kebersamaan adalah pengumpulan kekuatan. Kesepahaman adalah akselerasi keragaman potensi diri dalam menjalankan misi bersama untuk sampai di tujuan.
(Solubolon, adalah sampan besar yang muat sekitar 12 orang. Parsolubolon adalah mereka yang sedang mengarungi perairan dengan sampan besar itu. Mereka memiliki pedoman dasar “masihilalaan” tenggang rasa. Bila pengendali kemudi tidak pintar, pengayuh akan kewalahan. Sebaliknya bila pengayuh tidak pintar, maka pengayuh lainnya akan kelelahan dan pengemudi akan repot. Akselerasi potensi “parsolubolon” akan mampu menghindari bahaya dari serangan ombak.)

SAPADANG NAUSE
Panganan utama orang batak adalah nasi yang terbuat dari beras berasal dari padi. Bila hasil panen mencukupi bekal satu tahun maka kekhawatiran pun sirna.
Bila bekal padi tidak mencukupi maka sapadang yang tumbuh liar di ladang pun dipetik.
Tidak ada kata kelaparan bila bijak mengolah hidup. Tidak ada yang hina bila kenyang makan tanpa beras. Ubi dan Sapadang adalah jalan keluar dari kemelut ketersediaan bekal beras yang terbatas.
(Sapadang adalah tumbuhan mirip gandum biasanya tanamn liar. Sapadang Nause adalah bijian yang bernas dan tua yang memberikan semangat bagi yang menemukannya. Sapadang diolah dengan telaten dan dimasak hingga nikmat dimakan sebagai pengganti nasi yang terbuat dari beras. Nause tidak mengandung pengertian “tumpah, berhamburan” tapi “sesak, padat, bernas, keluar dari” dalam kulitnya.)

SEKKIAN TALI MERA
Judi kadang membahagiakan, namun lebih banyak berdampak kesusahan. Senang saat permainan dijalankan, tapi kerugian bila menuai kekalahan. Mereka menghayal akan menang, mengharap mendapat giliran “ceki” penentu kemenangan. Bila kartu penentu warna merah muncul, hentakan kegembiraan muncul.
Pengalaman para penjudi selalu menyimpulkan, lebih besar kesusahan daripada kebahagiaan dari permainan judi. Badan tersiksa, pekerjaan terlantar, harta benda tergadai.

(Bedasarkan pengalaman penjudi kalangan masyarakat Batak jaman dulu yang selalu menghimbau agar terhindar dari ketagihan permainan itu dan bekerja dengan giat adalah yang terbaik.)

TORTOR
Tortor adalah gerakan tubuh mengiringi atau diiringi irama gondang. Pemahaman makna gondang dan untaian irama bagi yang pandai menggerakkan tubuh akan menghasilkan tortor yang indah.
Tortor batak sangat individual, merupakan ritual kehidupan menjadi persembahan kepada publik, lingkungan dan penciptanya. Jelas bukan merupakan hiburan.
Dari gerakan tortor, seseorang dapat melakukan komunikasi dengan publik, misalnya bila seseorang mengangkat tangan dan menunjukkan satu jari tangan kanan dan mengepal jari tangan kiri, artinya dia hanya memiliki seorang putra. Bila seorang penari meletakkan tangan keduanya diatas pundak, artinya semua anaknya dan perilaku anaknya serta kehidupannya masih menjadi beban dan tanggungjawab yang masih dipikul. Bila seorang penari menyilangkan tangan di dada, artinya dia sering menjadi sasaran cemohan, sering mendapat hambatan dan permasalahan lainnya. Bila seorang penari meletakkan kedua telapak tangan diatas kepala, artinya dia mohon perlindungan, belas kasihan dari manusia dan penciptanya.
Bila kedua tangan dirapatkan dipinggang dan telapak tangan dikepal mengarah kebelakan, artinya masih banyak rahasia hidupnya yang belum duberitahukan kepada orang lain.
Bila seseorang penari merentangkan tangan kekiri dan kekanan dengan telapak tangan terbuka kesamping artinya anak-anaknya semua atau sebagian besar sudah sudah mandiri dan menempati ruang yang luas di penjuru desa.

Bila seseorang merentangkan tangan kedepan dengan telapak tangan terbuka dan tangan kiri ditutupkan diperut, artinya menghimbau datangnya rejeki atau bantuan kerjasama untuk keberuntungan kepadanya. Bila tangan kiri rapat didada dan telapak tangan terbuka artinya dia menghimbau dengan tebuka menciptakan persahabatan dan kerukunan.
Bila tangan kanan dijulurkan kedepan dan telapak tangan duarakan juga kedepan serta tangan kiri ditutupkan di dada artinya mohon dihentikan segala perbuatan yang mencemari merugikan kepada dirinya.
Bila kedua tangan diarahkan kedepan dan telapak tangan terbuka keatas serta sering dilipat menutup artinya ajakan mari bersama-sama ajakan kepada semua untuk menari bersama, menjalin persahabatan dan mempererat persaudaraan.
Ini baru sebagian dari apa yang dipahami para ibu tua yang memahami tortor batak.
Pakem tortor batak dan pemaknaannya akan kita ulas kemudian setelah penelitian yang lebih dalam.

KREASI TORTOR DAN GONDANG
Ketika tortor telah menjadi hiburan, para penari dalam pesta adat pun tidak karuan lagi menunjukkan lenggak lenggoknya. Kadang melampaui tata krama tradisi adat batak, tentang kesopanan, kesantunan dan kehormatan. Setelah maraknya musik eropah mengiringi tortor pada pesta adat batak, pakem pun menjadi hilang, pemahaman gondang yang sebenarnya tidak lagi berkembang, bahkan sebaliknya yang terjadi.
Kreasi tortor untuk hiburan diupayakan keseragaman gerak. Ini memang menjadi bagian dalam seni pertunjukan. Generesi muda cenderung hanya melihat tortor hiburan dan tidak pernah lagi menyaksikan tortor yang sebenarnya yang dilakonkan para panortor yang sebenarnya.
Manortor dengan benar kadang dituding kesurupan. Kebodohan menjadi peluru peluru penumpas kebenaran. Tortor batak semakin erosi, seiring dengan hilangnya pemaknaan gondang batak itu.
Pernah (bahkan sampai saat ini) Gondang batak dirtuding sebagai ensambel untuk pemujaan berhala. Alat untuk memanggil roh orang meninggal. Panortor yang sering kesurupan.
Pada jaman Belanda, atas rekomendasi mission, gondang batak dilarang. Kemudian diberi kelonggaran untuk pesta adat dengan perijinan yang ketat. Penerapan ijin ini sempat berlangsung lama hingga masuknya musik barat. Musik barat untuk pesta adat tidak perlu mendapatkan ijin. Pada jaman kemerdekaan, gondang batak justru tersudut karena melanjutkan perlakuan ijin dalam kurun waktu lama.
Begitu dalamnya penistaan terhadap gondang batak, seiring itu pula keengganan orang batak untuk melakukan aksi penggalian nilai gondang batak itu. Banyak yang melakukan penelitian sebatas untuk tesis keilmuan, tapi belum banyak yang menemukan “roh”nya karena dilatarbelakangi refrensi keberhalaan gondang batak itu.

Monang Naipospos
www.tanobatak.wordpress.com

Gondang

GondangGOAR-GOAR NI GONDANG - GONSI BATAK TOBA

            
     Goar goar GONDANG


           GONDANG NAPITU :
     1.        Gondang mula-mula
     2.        Gondang somba-somba
     3.        Gondang sampur marmeme
     4.        Gondang didang-didang
     5.        Sampur marorot
     6.        Gondang simonang-monang
     7.        Gondang sitio-tio

    Gondang napitu on dipangido hasuhuton ditingki mambuat tua ni gondang. Mangihuthon hatorangan ni angka natua-tua ndang apala sipangidoon ni suhut gondang hasahatan, Raja panggohi do mangido i.

     GONDANG TU MULAJADI TARINGOT TU PANOMPANA DIHASIANGAN 
     DOHOT HAJOLMAON :
     8.        Gondang Debata Mulajadi
     9.        Gondang Debata Guru
    10.      Gondang Debata Asi-Asi
     11.      Gondang Mula Jadi
     12.      Gondang mula horas
     13.      Gondang mula iang
     14.      Gondang mula paningaon
     15.      Gondang mula songti

     GONDANG PANGIDOAN NI  HARAJAON HAGABEON DOHOT 
     PARHORASAN :
     16.      Gondang siatur maranak
     17.     
Gondang siatur marboru
     18.      Gondang siatur marpahompu
     19.      Gondang siatur marnini marnono
     20.      Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik
     21.      Gondang namarhaha maranggi
     22.      Gondang sibane-bane
     23.      Gondang saurmatua
     24.      Gondang saudara
     25.      Gondang harajaon
     26.      Gondang satahi saoloan
     27.      Gondang amana/boruna
     28.      Gondang parjugia sopipot
     29.      Gondang paramak sobalon on
     30.      Gondang parrambuan so ra mahiang
     31.      Gondang siantan sidabuan siboto buhu ni taon
     32.      Gondang siapul na tangis sielek na mardandi
     33.      Gondang sahala pangajari/panuturi
     34.      Gondang sidas-das boru muli
     35.      Gondang siapoi anak mangoli
     36.      Gondang olop-olop
     37.      Gondang rompulima hotang marulak
     38.      Gondang mangaliat
     39.      Gondang sunini ampang naopat
     40.      Gondang tarsingot tusahala dohot napinarsahalaan ni mula jadi
     41.      Gondang batara guru (tuhan debata)
     42.      Gondang bala bulan
     43.      Gondang debata sori
     44.      Gondang sori mangaraja
     45.      Gondang sorba di banua
     46.      Gondang sibagot ni pohan
     47.      Gondang sariburaja
     48.      Gondang siraja biak-biak
     49.      Gondang puraja bonang-bonang
     50.      Gondang sijonggi raja pareme
     51.      Gondang Simarimbulubosi
     52.      Gondang Singamangaraja
     53.      Gondang patuan nagari patuan anggi
     54.      Gondang Sagala raja
     55.      Gondang Silahisabungan
     56.      Gondang pagar ni aji
     57.      Gondang Nairasaon
     58.      Gondang dung dang soaloon mataniari sosuharon
     59.      Gondang Raja Buntal
     60.      Gondang Raja Uti
     61.      Gondang Raja Mangalambung
     62.      Gondang sipongki nangolngolan
     63.      Gondang tuan ni api
     64.      Gondang sijonggi paok-paok
     65.      Gondang sijonggi bujur
     66.      Gondang tuan jori ni tangan
     67.     
Gondang tampar dasar
     68.      Gondang pangurason
     69.      Gondang pane nabolon
     70.      Gondang pusuk buhit
     71.      Gondang sianjur mula-mula
     72.      Gondang simanuk-manuk
     73.      Gondang dolok surungan
     74.      Gondang dolok tolong
     75.      Gondang banua holing
     76.      Gondang naga baling
     77.      Gondang padoha
     78.      Gondang taringot boru (naung dianggap dewi)
     79.      Gondang siboru deak parujar
     80.      Gondang si boru donda hatahutan
     81.      Gondang siboru saniang naga dilaut
     82.      Gondang si boru Naipospos
     83.      Gondang siboru daeng namora
     84.      Gondang siboru parmual sitio-tio
     85.      Gondang siboru pinta maomasan
     86.      Gondang siboru saroding
     87.      Gondang siboru parhorasan
     88.      Gondang siboru pareme
     89.      Gondang boru nasindar dolok
     90.      Gondang siboru tumbaga
     91.      Gondang siboru lopian nauli
     92.      Gondang sipiso somalim
     93.      Gondang situan jori ni tangan
     94.      Gondang siboru tapiomas palangki

     GOAR GOAR NI GONDANG NAPOSO BULUNG :
     95.      Gondang siburuk
     96.      Gondang sibane doli
     97.      Gondang sitapitola
     98.     
Gondang siboru illa-illa
     99.      Gondang siboru enggan
     100.    Gondang siboru sanggul miling-iling
     101.    Gondang sibunga jambu       
     102.    Gondang pinasa sidung-dungon
     103.    Gondang sibintang purasa
     104.    Gondang silote dolok
     105.    Gondang alit-alit aman jabatan
     106.    Gondang marhusip
     107.    Gondang parhabang ni siruba
     108.    Gondang sahali tuginjang sahali tutoru
     109.    Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit somatombuk tano   

     Somagang-gang
     110.    Gondang pidong patia raja
     111.    Gondang pidong imbulu buntal
     112.    Gondang anduhur titi, anduhur tabu
     113.    Gondang sipitu dai
     114.    Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan.

     GOAR GOAR NI GONDANG MONSAK :
       115.    Gondang haro-haro mandailing
       116.    Gondang silima-lima ni hurlang
       117.    Gondang siratutuslimapulu
       118.    Gondang tongging
       119.    Gondang ni napuran silima sabobohan sisada haroburan


Narasumber : P. SITORUS
[Pargonsi sian Parsambilan Kec. Silaen]

Jumat, 20 Januari 2012

PERNIKAHAN ADAT BATAK

PERNIKAHAN ADAT BATAK

Perakwainan adat Batak bermakna pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria) , yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk/ adat perkawinan itu. Sebagai bukti bahwa santapan /makanan adat itu adalah hewan yang utuh, pihak pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan itu (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekornya masih melekat, hatu, jantung dll) . Bagian-bagian tersebut disebut tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi jambar yang nanti dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai tanda penghormatan atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat) keberadaan/kehadira n mereka didalam acara adat tersebut, yang disebut parjuhut. Sebelum misi/zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama, lembu atau kerbau yang dipotong ini ( waktu itu belum ada pinahan lobu) tidak sembarang harus yang rerbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali ini menggambarkan hewan yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan sebagai tanda/simbol penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan tersebut. Cara memotongnya juga tidak sembarangan, harus sekali potong/sekali sayat leher sapi/kerbau dan disakasikan parboru (biasanya borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat paranak (ditaruhon jual). Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) , paranak sendiri yang menggiring lembu/kerbau itu hidup-hidup ketempat parboru. Daging hewan inilah yang menjadi makanan pokok “ parjuhut” dalam acara adat perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat paranak atau parboru, makanan/juhut itu tetap paranak yang membawa /mempersembahkan Kalau makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya “namargoar/tudu- tudu sipanagnaon” tanpa “juhutnya” bukan namrgoar tetapi “namargoar rambingan” yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini terjadi di tempat paranak bermakna “paranak” telah melecehkan parboru, dana kalau ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang melecehkan dirinya sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah terjadi dua kali di Batam, yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai luhur adat itu Anggapan acara adat Batak rumit dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia diselenggarakan sesuai pemahamn dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menajdi rumit dan bertele-tele karena diselenggrakan sesuai pamaham atau seleranya

URUTAN KEGIATAN

BAGIAN I > PRA NIKAH Yang dimaksud dengan pra nikah disini adalah proses yang terjadi sebelum acara adat pernikahan. A. Perekenalan dan bertunangan. Pernikahan tidak selalu dengan proses ini, khususnya ketika masih masanya Siti Nurbaya. B. Patua Hata. Terjemahannya menyampaikan secara resmi kepada orang tua perempuan hubungan muda mudi dan akan dilanjutkan ke tingkat perkawinan. Dengan bahasa umum, melamar secara resmi. C. Marhori-hori dinding. Membicarakan secara tidak resmi oleh utusan kedua belah pihak menyangkut rencana pernikahan tersebut. D. Marhusip. Arti harafiahnya adalah berbisik. Maksudnya kelanjutan pembicaraan angka III tetapi sudah oleh utusan resmi, bahkan ada kalanya sudah oleh kedua pihak langsung. E. Pudun Saut. Parajahaon/ Pengesahan kesepakatan di Marhusip di tonga managajana acara yang dihadiri dalihan na tolu dan suhi ampang na opat masing-masing pihak. Disini pihak Paranak/Pria sudah membawa makanan adat/makanan namargoar. Catatan: Aslinya dikatakan “Marhata Sinamot” dimana pembicaraan langsung tanpa didahului marhusip. Yang pokok dibicarakan dalam acara adat Pudun Saut anatara lain adalah 1. Sinamot. 2. Ulos 3. Parjuhut dan Jambar 4. Alap Jual atau Taruhon Jual) 5. Jumlah undangan 6. Tanggal dan tempat pemberkatan. 7. Tatacara. (Selengkapnya lihat dalam Pedoman Pudun Saut).

BAGIAN II > UNJUK ATAU ACARA ADAT PERNIKAHAN Acara ini diselenggarakan setelah acara pernikahan secara agama sesuai yang diatur dalam UU untuk itu.

A BEBERAPA Pengertian POKOK DALAM ADAT PERKAWINAN 1. Suhut , kedua pihak yang punya hajatan 2. Parboru, orang tua pengenten perempuan=Bona ni haushuton 3. Paranak, orang tua pengenten Pria= Suhut Bolon. 4. Suhut Bolahan amak : Suhut yang menjadi tuan rumah dimana acara adat di selenggrakan. 5. Suhut naniambangan, suhut yang datang 6. Hula-hula, saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut 7. Dongan Tubu, semua saudara laki masing-masing suhut ( Tobing dan Batubara). 8. Boru, semua yang isterinya semarga dengan marga kedua suhut ( boru Tobing dan boru Batubara). 9. Dongan sahuta, arti harafiah “teman sekampung” semua yang tinggal dalam huta/kampung komunitas (daerah tertentu) yang sama paradaton/solupnya. 10. Ale-ale, sahabat yang diundang bukan berdasarkan garis persaudaraan (kekerabatan atau silsilah) . 11. Uduran, rombongan masing-masing suhut, maupun rombongan masing-masing hula-hulanya. 12. Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB) masing-masing suhut, juru bicara yang ditetapkan masing-masng pihak 13. Namargoar, Tanda Makanan Adat , bagian-bagian tubuh hewan yang dipotong yang menandakan makanan adat itu adalah dari satu hewan (lembu/kerbau) yang utuh, yang nantinya dibagikan. 14. Jambar, namargoar yang dibagikan kepada yang berhak, sebagai legitimasi dan fungsi keberadaannya dalan acara adat itu. 15. Dalihan Na Tolu (DNT), terjemahan harafiah”Tungku Nan Tiga” satu sistim kekerabatan dan way of life masyarakat Adat Batak 16. Solup, takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai analogi paradaton, yang bermakna dihuta imana acara adat batak diadakan solup/paradaton dari huta itulah yang dipakai sebagai rujukan, atau disebut dengan hukum tradisi “sidapot solup do na ro.

B PROSESI MASUK TEMPAT ACARA ADAT (Contoh Acara di Tempat Perempuan) Raja Parhata/Protokol Pihak Perempuan= PRW Raja Parhata/Protokol Pihak Laki-laki = PRP Suhut Pihak Wanita = SW Suhut Pihak Pria = SP I. PRW meminta semua dongan tubu/semaraganya bersiap untuk menyambut dan menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang II. PRW memberi tahu kepada Hula-hula, bahwa SP sudah siap menyambut dan menerima kedatangan Hula-hula III. Setelah hula-hula mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, PRW mempersilakan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan sesuai urutan rombongan masuk nanti: dimulai dar Hula-hula Simorangkir 1.Hula-hula, …… 2.Tulang, ……. 3.Bona Tulang, ….. 4.Tulang Rorobot, ….. 5.Bonaniari, …… 6.Hula-hula namarhahamaranggi: -a … -b…. -c…. dst 7.Hula-hula anak manjae, ….. , dengan permintaan agara mereka bersam-sama masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada hula-hula Simorangkir IV. PR Hulahula, menyampaikan kepada rombongan hula-hula dan tulang yang sudah disebutkan PRW pada III , bahwa SW sudah siap menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang dengan permintaan agar uduran Hula-hula dan Tulang memasuki tempat acara , secara bersama-sama. Untuk itu diatur urut-urutan uduran (rombongan) hula-hula dan tulang yang akan memasuki ruangan. Uduran yang pertama adalah Hula-hula,……, diikuti TULANG …….sesuai urut-urutan yang disebut kan PR W pada III. V. MENERIMA KEDATANGAN SUHUT PARANAK (SP). Setelah seluruh rombongan hula-hula dan tulang dari SW duduk (acara IV), rombongan Paranak/SP dipersilakan memasuki ruangan. 1. PRW, memberitahu bahwa tempat untuk SP dan uduran/rombongannya sudah disediakan dan SW sudah siap menerima kedatangan mereka beserta Hula-hula , Tulang SP dan uduran/rombongannya . 6. PRP menyampaikan kepada dongan tubu Batubara, bahwa sudah ada permintaan dari Tobing agar mereka memasuki ruangan. Kepada hula-hula dan tulang (disebutkan satu perasatu) yaitu: 1. Hula-hula, …. 2. Tulang, ….. 3. Bona Tulang, …. 4. Tulang Rorobot, ….. 5. Bonaniari , ….. 6. Hula-hula namarhaha-marnggi: - a……. - b….. - c…….. - dst 7. Hula-hula anak manjae….. PRP memohon, sesuai permintaan hula-hula SW agar mereka masuk bersama-sama dengan SP. Untuk itu tatacara dan urutan memasuki ruangan diatur, pertama adalah Uduran/rombongan SP& Borunya, disusul Hula-hula….., Tulang…..dan seterusnya sesuai urut-urutan yang telah dibacakan PR Batubara (Dibacakan sekali lagi kalau sudah mulai masuk).

C MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT. (Tudu-tudu Ni Sipanaganon) Tanda makanan adat yang pokok adalah: kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba) , pangkal paha (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung ditempatkan dalam baskom/ember besar. Letak tanda makanan adat itu dalam tubuh hewan dapat dilihat dalam gambar. Tanda Makanan Adat (Bagin Tubuh Hewan Lembu atau Kerbau) Tanda makanan adat diserahkan SP beserta Isteri didampingi saudara yang lain dipandu PRP, diserahkan kepada SW dengan bahasa adat, yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan walaupun makanan yang dibawa itu sedikit/ala kadarnya semoga ia tetap membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang menyantap nya, sambil menyebut bahasa adat : Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna, tung so sadia (otik) pe naung pinatupa i, sai godangma pinasuna.

D MENYERAHKAN DENGKE/IKAN OLEH SW Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis “ihan” atau ikan Batak, sejenis ikan yang hanya hidup di Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini mempunyai sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau berenang/berjalan selalu beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ; dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan yang hidup jernih dan selalu beriringan/berjalan beriringan bersama) Simbol inilah yang menjadi harapan kepada penganeten dan keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki (tio pancarian dohot pangomoan). Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit didapat, dan jenis ikan mas sudah biasa digunakan. Ikan Masa ini dimasak khasa Batak yang disebut “naniarsik” ikan yang dimasak (direbus) dengan bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan bumbunya sudah meresap kedalam daging ikan itu.

E MAKAN BERSAMA Sebelum bersantap makan, terlebih dahulu berdoa dari suhut Pria (SP) , karena pada dasarnya SP yang membawa makanan itu walaupun acara adatnya di tempat SW. Untuk kata pengantar makan, PRP menyampaikan satu uppasa (ungkapan adat) dalam bahasa Batak seperti waktu menyerahakan tanda makanan adat: Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna Tung, sosadiape napinatupa on, sai godangma pinasuna. Ungkapan ini menggambarkan kerendahan hati yang memebawa makanan (Batubara), dengan mengatakan walaupun makanan yang dihidangkan tidak seberapa (pada hal hewan yang diptong yang menjadi santapan adalah hewan lembu atau kerbau yang utuh), tetapi mengharapkan agar semua dapat menikmatinya serta membawa berkat. Kemudian PRP mempersilakan bersantap

F MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih dahulu dirundingkan bagian-bagian mana yang diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang dianut dalam acara adat yaitu Solup Batam, yang disebut dengan “JAMBAR MANGIHUT”dimana jambar sudah dibicarakan sebelumnya dan dalam acara adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni dengke mulak. Selanjutnya masing masing suhut membagikannya kepada masing-masing fungsi dari pihaknya masing-masing saat makan sampai selesai dibagikan

G MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA KASIH) Arti harafiah tumpak adalah sumbangan bentuk uang, tetapi melihat keberadaan masing-masing dalam acara adat mungkin istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang memberikan tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan ketempat SUHUT duduk dengan memasukkannya dalam baskom yang disediakan/ ditempatkan dihadapan SUHUT, sambil menyalami pengenten dan SUHUT. Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar mereke diberi waktu untuk menerima para undangan mereka untuk mengantarkan tumpak (tanda kasih) Setelah PRW mempersilakan, PRP menyampai kan kepada dongan tubu, boru/bere dan undangannya bahwa SP sudah siap menerima kedatangan mereka untuk mengantar tumpak. Setelah selesai PRP mengucapkan terima kasih atas pemberian tanda kasih dari para undangannya

H ACARA PERCAKAPAN ADAT. I. MEMPERSIAPKAN PERCAKAPAN: 1. RPW menanyakan Batubara apakah sudah siap memulai percakapan, yang dijawab oleh SP, mereka sudah siap 2. Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya dan hula-hula serta tulangnya bahwa percakapan adat akan dimulai, dan memohon kepada hula-hulanya agar berkenan memberi nasehat kepada mereka dalam percakapan adat nanti

III. MEMULAI PERCAKAPAN (PINGGAN PANUNGKUNAN) . Pinggan Panungkunan, adalah piring yang didalamnya ada beras, sirih, sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar. Piring dengan isinya ini adalah sarana dan simbol untuk memulai percakapan adat. 1. PRP meminta seorang borunya mengantar Pinggan Panungkunan itu kepada PRW 2. PRW, menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan dengan menjelaskan apa arti semua isi yang ada dalam beras itu. Kemudian PRW mengambil 3 lembar uang itu, dan kemudian meminta salah seorang borunya untuk mengantar piring itu kembali kepada PRP 3. PRW membuka percakapan dengan memulainya dengan penjelasan makna dari tiap isi pinggan panungkunan (beras, sirih, daging dan uang), kemudian menanyakan kepada Batubara makna tanda dan makanan adat yang sudah dibawa dan dihidangkan oleh pihak Batubara. 4. Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga Batubara mengatakan bahwa makanan dan minuman pertanda pengucapan syukur karena berada dalam keadaan sehat, dan tujuan Batubara adalah menyerahkan kekurangan sinamot , dilanjutkan adat yang terkait dengan pernikahan anak mereka

IV. PENYERAHAN PANGGOHI/KEKURANGAN SINAMOT 1. Dalam percakapan selanjutnya, setelah PRW meminta PRP menguraikan apa/berapa yang mau mereka serahkan , PRP memberi tahukan kekurangan sinamot yang akan mereka serahkan adalah sebsar Rp…Juta, menggenapi seluruh sinamot Rp….Juta. (Pada waktu acara Pudun Saut, Batubara sudah menyerahkan Rp 15 juta sebagai bohi sinamot (mendahulukan sebagian penyerahan sinamot di acara adat na gok). 2. Sebelum PR TOBING mengiakan lebih dulu RP TOBING meminta nasehat dari Hula-hula dan pendapat dari boru Tobing 3. Sesudah diiakan oleh PR TOBING, selanjutnya penyerahan kekurangan sinamot kepada suhut Tobing oleh Batubara. V. Penyerahan Panandaion. Tujuan acara ini memperkenalkan keluarga pihak perempuan agar keluarga pihak pria mengenal siapa saja kerabat pihak perempuan sambil memberikan uang kepada yang bersangkutan Secara simbolis, yang diberikan langsung hanya kepada 4 orang saja, yang disebut dengan patodoan atau “suhi ampang na opat” ( 4 kaki dudukan/pemikul bakul) yang merupakan symbol pilar jadinya acara adat itu. Dengan demikian biarpun hanya yang empat itu yang dikenal/menerima langsung, sudah mewakili menerima semuanya. (Mungkin dapat dianalogikan dengan pemberian tanda penghargaan massal kepada pegawai PNS yang diwakili 4 orang, masing-masing 1 orang dari tiap golngan I sampai golongan IV). Kepada yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti akan dibagikan Tobing kepada yang bersangkutan.

V Penyerahan tintin marangkup. Diberikan kepada tulang /paman penganten pria (saudara laki ibu penganten pria). Yang menyerahkan adalah orang tua penganten perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu Seacara tradisi penganten pria mengambil boru tulangnya untuk isterinya, sehingga yang menerima sinamot seharusnya tulangnya Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh Tulang Pengenten Pria yang disebut titin marangkup, maka Tulang Pria mengaku penganten wanita, isteri ponakannya ini, sudah dianggapnya sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain.

VI. Penyerahan/Pemberia n Ulos oleh Pihak Perempuan. Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai “kuasa”. Karena itu, pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang orang , harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari Hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anank-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol dalam pelaksaan acara adat.Ujung dari ulos selalu banyak rambunya sehingga disebut “ulos siganjang/sigodang rambu”(Rambu, benang di ujung ulos yang dibiarkan terurai) Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut: Ulos Namarhadohoan No Uraian Yang Menerima Keterangan A Kepada Paranak 1 Pasamot/Pansamot Orang tua pengenten pria 2 Hela Pengenten B Partodoan/Suhi Ampang Naopat 1 Pamarai Kakak/Adek dari ayah pengenten pria 2 Simanggokkon Kakak/Adek dari pengenten pria 3 Namborunya Saudra perempuan dari ayah pengenten pria 4 Sihunti Ampang Kakak/Adek perempuan dari pengenten pria Ulos Kepada Pengenten No Uraian Yang Mangulosi Keterangan A Dari Parboru/Partodoan 1 Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/Adek dari ayah pengenten wanita 2 Simandokkon Kakak/Adek laki-laki dari pengenten wanita 3 Namborunya (Parorot) Iboto dari ayah pengenten wanita 4 Pariban Kakak/Adek dari pengenten wanita B Hula-hula dan Tulang Parboru 1 Hula-hula 1 lembar, wajib 2 Tulang 1 lembar, wajib 3 Bona Tulang 1 lembar, wajib 4 Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib C Hula-hula dan Tulang Paranak 1 Hula-hula 1 lembar, wajib 2 Tulang 1 lembar, wajib 3 Bona Tulang 1 lembar, wajib 4 Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib Catatan: 1. Hula-hula namarhahamaranggi dohot hula-hula anak manjae ndang ingkon ulos tanda holong nasida boi ma nian bentuk hepeng, songon na pinatorang. Songoni angka na asing na marholong ni roha. 2. Keruwetan yang terjadi karena undangan pihak permpuan merasa uloslah yang mejadi tanda holong/tanda kasih sehingga harus mengulosi, pada hal sesuai pemahamn pemebri ulos yang tidak sembarangan, ulos yang diberikan itu artinya sam dengan kado/tanda kasih bentuk lain baik barang atau uang, tidak ada nilai adat/sakralnya lagi

VII. Mangujungi Ulaon (Menyimpulkan Acara Adat) 1. Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak SW Berupa kata-kata pengucapan syukur kepada Tuhan bahwa acara adat sudah terselenggara dengan baik: a. Ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya b. Permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru diberkati demikian juga orang tua pengenten dan saudara Batubara yang lainnya 2. Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak SP Ucapan terima kasih kepada semua pihak baik kepada hula-hula SW maupun kepada SP atas terselenggaranya acara adat nagok ini. CATATAN: Dalam marhata gabe-gabe dan mangampu, RP masing-masing biasanya memberi kesempatan kepada Hula-hula dan boru/ber masing-masing turut menyampaikan beberapa kata sesuai fungsinya baru SUHUT sebagai penutup. Disini tidak pada tempatnya memberi nasehat kepada pengenten panjang lebar, tetapi senentiasa permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru itu menjadi rumahtangga yang diberkati. 3. Mangolopkon (Mengamenkan) oleh Tua-tua/yang dituakan di Kampung itu Kedu suhut Tobing dan Batubara, menyediakan piring yang diisi beras dan uang ( biasanya ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang baru) kemudian diserahkan kepada Rja Huta yang mau mangolopkon Raja Huta berdiri sambil mengangkat piring yang berisi beras dan uang olop-olop itu. Dengan terlebih dahulu menyampaikan kata-kata ucapan Puji Syukur kepada Tuhan Karen kasih-Nya cara adat rampung dalam suasan dami (sonang so haribo-riboan) serta restu dan harapan kemudian diahiri , dengan mengucapkan : olop olop, olop olop, olop olop sambil menabur kan beras keatas dan kemudian membagikan uang olop-olop itu. 4. Ditutup dengan doa / ucapan syukur Akhirnya acara adat ditutup dengan doa oleh Hamba Tuhan. Sesudah amin, sam-sam mengucapkan: horas ! horas ! horas ! 5. Bersalaman untuk pulang,, suhut na niambangan Batubara menyalami Suhut Tobing

BAGIAN III > PASKA PERNIKAHAN Ada tradisi lama (tidak semua melakukannya) setelah acara adat nagok , ada lagi acara yang disebut paulak une/mebat dan maningkir tangga. Acara ini dilakukan setelah penganten menjalani kehidupan sebagai suami isteri biasanya sesudah 7-14 hari (sesudah robo-roboan) yang sebenarnya tidak wajib lagi dan tidak ada kaitannya dengan acara keabsahan perkawinan adat na gok. Acara dimaksud adalah: I. Paulak Une Suami isteri dan utusan pihak pria dengan muda mudi (panaruhon) mengunjungi rumah mertu/orang tuanya dengan membawa lampet ( lampet dari tepung beras dibungkus 2 daun bersilang). Menurut tradisi jika pihak pria tidak berkenan dengan pernikahan itu (karena perilaku) atau sang wanita bukan boru ni raja lagi, si perempuan bisa ditinggalkan di rumah orang tua perempuan itu II. Maningkir Tangga. (Arti harafiah “Menilik Tangga) Pihak orang tua perempuan menjenguk rumah (tangga anaknya) yang biasanya masih satu rumah dengan orang tuanya. CATATAN: Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari” . Acara ini sangat keliru, karena disamping tidak ada maknanya seperti dijelaskan diatas, tetapi juga menambah waktu dan biaya ( ikan & lampet dan makanan namargoar) dan terkesan main-main/ melecehkan makna adat itu. Karena itu diharapkan acara seperti ini jangan diadakan lagi dengan alasan: 1. Dari pemahaman iman, rumah tangga yang sudah diberkati tidak bisa bercerai lagi dengan alasan yang disebut dalam pengertian Paulak Une, dan pemahaman adat itu dilakukan setelah penganten mengalami kehidupan sebagai suami isteri. 2. Terkesan main-main, hanya tukar menukar tandok berisi makananan , sementara tempat Paulak Une dan Maningkir Tangga yang seharusnya di rumah kedua belah pihak. Artinya saling mengunjungi rumah satu sama lain, diadakan di gedung pertemuan , pura-pura saling mengunjungi, yang tidak sesuai dengan makna dan arti paulak une dan maningkir tangga itu. 3. Menghemat waktu dan biaya, tidak perlu lagi harus menyediakan makanan namargoar (paranak) dan dengke dengan lampetnya (parboru) 4. Acara itu tidak harus diadakan dan tidak ada hubungannya dengan keabsahan acara adat nagok perkawinan saat ini. 5. Acara Paulak Une dan Maningkir Tangga diadakan atau tidak, diserahkan saja kepada kedua SUHUT karena acara ini adalah acara pribadi mereka, biarlah merek mengatur sendiri kapan mereka saling mengunjungi rumah.Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut: Ulos Namarhadohoan

479 Marga Batak

479 Marga Batak

(menurut Abjad)
A.
1. AMBARITA 2. AMPAPAGA (SIAMPAPAGA) 3. AMPUN (NAHAMPUNGAN) 4. ANGKAT 5. ANGKAT SINGKAPAL 6. ARITONANG 7. ARUAN

B.
8. BABIAT 9. BAHO (NAIBAHO) 10. BAKO 11. BANJARNAHOR (NAINGGOLAN) 12. BANJARNAHOR (MARBUN) 13. BANCIN 14. BAKKARA 15. BARINGBING (TAMPUBOLON) 16. BARUARA (TAMBUNAN) 17. BARUTU (SITUMORANG) 18. BARUTU (SINAGA) 19. BATUARA (NAINGGOLAN) 20. BATUBARA 21. BERASA 22. BARAMPU 23. BARINGIN 24. BINJORI 25. BINTANG 26. BOANGMANALU 27. BOLIALA 28. BONDAR 29. BORBOR 30. BUATON 31. BUNUREA (BANUAREA) 32. BUNJORI 33. BUTARBUTAR

D.
34. DABUTAR (SIDABUTAR ?) 35. DAIRI (SIMANULLANG) 36. DAIRI (SINAMBELA) 37. DALIMUNTA (MUNTE ?) 38. DAPARI 39. DAULAE 40. DEBATARAJA (SIMAMORA) 41. DEBATARAJA (RAMBE) 42. DOLOKSARIBU 43. DONGORAN 44. DOSI (PARDOSI)

G.
45. GAJAA 46. GAJADIRI 47. GAJAMANIK 48. GIRSANG 49. GORAT 50. GULTOM 51. GURNING 52. GUSAR

H.
53. HABEAHAN 54. HARAHAP 55. HARIANJA 56. HARO 57. HAROHARO 58. HASIBUAN 59. HASUGIAN 60. HUTABALIAN 61. HUTABARAT 62. HUTAJULU 63. HUTAGALUNG 64. HUTAGAOL (LONTUNG) 65. HUTAGAOL (SUMBA) 66. HUTAHAEAN 67. HUTAPEA 68. HUTASOIT 69. HUTASUHUT 70. HUTATORUAN 71. HUTAURUK

K.
72. KASOGIHAN 73. KUDADIRI

L.
74. LAMBE 75. LIMBONG 76. LINGGA 77. LONTUNG 78. LUBIS 79. LUBIS HATONOPAN 80. LUBIS SINGASORO 81. LUMBANBATU 82. LUMBANDOLOK 83. LUMBANGAOL (MARBUN) 84. LUMBANGAOL (TAMBUNAN) 85. LUMBAN NAHOR (SITUMORANG) 86. LUMBANPANDE (SITUMORANG) 87. LUMBANPANDE (PANDIANGAN) 88. LUMBANPEA (TAMBUNAN) 89. LUMBANRAJA 90. LUMBAN SIANTAR 91. LUMBANTOBING 92. LUMBANTORUAN (SIRINGORINGO) 93. LUMBANTORUAN (SIHOMBING) 94. LUMBANTUNGKUP

M.
95. MAHA 96. MAHABUNGA 97. MAHARAJA 98. MALAU 99. MALIAM 100. MANALU (TOGA SIMAMORA) 101. MANALU-RAMBE 102. MANALU (BOANG) 103. MANIK 104. MANIK URUK 105. MANURUNG 106. MARBUN 107. MARBUN SEHUN 108. MARDOSI 109. MARPAUNG 110. MARTUMPU 111. MATANIARI 112. MATONDANG 113. MEHA 114. MEKAMEKA 115. MISMIS 116. MUKUR 117. MUNGKUR 118. MUNTE (NAIMUNTE ?)

N.
119. NABABAN 120. NABUNGKE 121. NADAPDAP 122. NADEAK 123. NAHAMPUN 124. NAHULAE 125. NAIBAHO 126. NAIBORHU 127. NAIMUNTE 128. NAIPOSPOS 129. NAINGGOLAN 130. NAPITU 131. NAPITUPULU 132. NASUTION 133. NASUTION BOTOTAN 134. NASUTION LONCAT 135. NASUTION TANGGA AMBENG 136. NASUTION SIMANGGINTIR 137. NASUTION MANGGIS 138. NASUTION JORING

O.
139. OMPUSUNGGU 140. OMPU MANUNGKOLLANGIT

P.
141. PADANG (SITUMORANG0 142. PADANG (BATANGHARI0 143. PANGARAJI (TAMBUNAN) 144. PAKPAHAN 145. PAMAN 146. PANDEURUK 147. PANDIANGAN-LUMBANPANDE 148. PANDIANGAN SITANGGUBANG 149. PANDIANAGN SITURANGKE 150. PANJAITAN 151. PANE 152. PANGARIBUAN 153. PANGGABEAN 154. PANGKAR 155. PAPAGA 156. PARAPAT 157. PARDABUAN 158. PARDEDE 159. PARDOSI-DAIRI 160. PARDOSI (SIAGIAN) 161. PARHUSIP 162. PASARIBU 163. PASE 164. PASI 165. PINAYUNGAN 166. PINARIK 167. PINTUBATU 168. POHAN 169. PORTI 170. POSPOS 171. PULUNGAN 172. PURBA (TOGA SIMAMORA) 173. PURBA (RAMBE) 174. PUSUK

R.
175. RAJAGUKGUK 176. RAMBE-PURBA 177. RAMBE-MANALU 178. RAMBE-DEBATARAJA 179. RANGKUTI-DANO 180. RANGKUTI-PANE 181. REA 182. RIMOBUNGA 183. RITONGA 184. RUMAHOMBAR 185. RUMAHORBO 186. RUMAPEA 187. RUMASINGAP 188. RUMASONDI

S.
189. SAGALA 190. SAGALA-BANGUNREA 191. SAGALA-HUTABAGAS 192. SAGALA HUTAURAT 193. SAING 194. SAMBO 195. SAMOSIR 196. SAPA 197. SARAGI (SAMOSIR) 198. SARAGIH (SIMALUNGUN) 199. SARAAN (SERAAN) 200. SARUKSUK 201. SARUMPAET 202. SEUN (SEHUN) 203. SIADARI 204. SIAGIAN (SIREGAR) 205. SIAGIAN (TUAN DIBANGARNA) 206. SIAHAAN (NAINGGOLAN) 207. SIAHAAN (TUAN SOMANIMBIL) 208. SIAHAAN HINALANG 209. SIAHAAN BALIGE 210. SIAHAAN LUMBANGORAT 211. SIAHAAN TARABUNGA 212. SIAHAAN SIBUNTUON 213. SIALLAGAN 214. SIAMPAPAGA 215. SIANIPAR 216. SIANTURI 217. SIBANGEBENGE 218. SIBARANI 219. SIBARINGBING 220. SIBORO 221. SIBORUTOROP 222. SIBUEA 223. SIBURIAN 224. SIDABALOK 225. SIDABANG 226. SINABANG 227. SIDEBANG 228. SIDABARIBA 229. SINABARIBA 230. SIDABUNGKE 231. SIDABUTAR (SARAGI) 232. SIDABUTAR (SILAHISABUNGAN) 233. SIDAHAPINTU 234. SIDARI 235. SIDAURUK 236. SIJABAT 237. SIGALINGGING 238. SIGIRO 239. SIHALOHO 240. SIHITE 241. SIHOMBING 242. SIHOTANG 243. SIKETANG 244. SIJABAT 245. SILABAN 246. SILAE 247. SILAEN 248. SILALAHI 249. SILALI 250. SILEANG 251. SILITONGA 252. SILO 253. SIMAIBANG 254. SIMALANGO 255. SIMAMORA 256. SIMANDALAHI 257. SIMANJORANG 258. SIMANJUNTAK 259. SIMANGUNSONG 260. SIMANIHURUK 261. SIMANULLANG 262. SIMANUNGKALIT 263. SIMARANGKIR (SIMORANGKIR) 264. SIMAREMARE 265. SIMARGOLANG 266. SIMARMATA 267. SIMARSOIT 268. SIMATUPANG 269. SIMBIRING-MEHA 270. SEMBIRING-MELIALA 271. SIMBOLON 272. SINABANG 273. SINABARIBA 274. SINAGA 275. SIBAGARIANG 276. SINAMBELA-HUMBANG 277. SINAMBELA DAIRI 278. SINAMO 279. SINGKAPAL 280. SINURAT 281. SIPAHUTAR 282. SIPAYUNG 283. SIPANGKAR 284. SIPANGPANG 285. SIPARDABUAN 286. SIRAIT 287. SIRANDOS 288. SIREGAR 289. SIRINGKIRON 290. SIRINGORINGO 291. SIRUMAPEA 292. SIRUMASONDI 293. SITANGGANG 294. SITANGGUBANG 295. SITARIHORAN 296. SITINDAON 297. SITINJAK 298. SITIO 299. SITOGATOROP 300. SITOHANG URUK 301. SITOHANG TONGATONGA 302. SITOHANG TORUAN 303. SITOMPUL 304. SITORANG (SITUMORANG) 305. SITORBANDOLOK 306. SITORUS 307. SITUMEANG 308. SITUMORANG-LUMBANPANDE 309. SITUMORANG-LUMBAN NAHOR 310. SITUMORANG-SUHUTNIHUTA 311. SITUMORANG-SIRINGORINGO 312. SITUMORANG-SITOGANG URUK 313. SITUMORANG SITOHANG TONGATONGA 314. SITUMORANG SITOHANGTORUAN 315. SITUNGKIR 316. SITURANGKE 317. SOBU 318. SOLIA 319. SOLIN 320. SORGANIMUSU 321. SORMIN 322. SUHUTNIHUTA-SITUMORANG 323. SUHUTNIHUTA-SINAGA 324. SUHUTNIHUTA-PANDIANGAN 325. SUMBA 326. SUNGE 327. SUNGGU

T.
328. TAMBA 329. TAMBAK 330. TAMBUNAN BARUARA 331. TAMBUNAN LUMBANGAOL 332. TAMBUNAN LUMPANPEA 333. TAMBUNAN PAGARAJI 334. TAMBUNAN SUNGE 335. TAMPUBOLON 336. TAMPUBOLON BARIMBING 337. TAMPUBOLON SILAEN 338. TAKKAR 339. TANJUNG 340. TARIHORAN 341. TENDANG 342. TINAMBUNAN 343. TINENDUNG 344. TOGATOROP 345. TOMOK 346. TORBANDOLOK 347. TUMANGGOR 348. TURNIP 349. TURUTAN Tj ( C). 350. TJAPA (CAPA) 351. TJAMBO (CAMBO) 352. TJIBERO (CIBERO)

U.
353. UJUNG-RIMOBUNGA 354. UJUNG-SARIBU

KAROKARO
355. KAROKARO BARUS 356. KAROKARO BUKIT 357. KAROKARO GURUSINGA 358. KAROKARO JUNG 359. KAROKARO KALOKO 360. KAROKARO KACARIBU 361. KAR0KARO KESOGIHAN 362. KAROKARO KETAREN 363. KAROKARO KODADIRI 364. KAROKARO PURBA 365. KAROKARO SINURAYA (dari sian raya) 366. KAROKARO SEKALI 367. KAROKARO SIKEMIT 368. KAROKARO SINABULAN 369. KAROKARO SINUAJI 370. KAROKARO SINUKABAN 371. KAROKARO SINULINGGA 372. KAROKARO SIMURA 373. KAROKARO SITEPU 374. KAROKARO SURBAKTI

TARIGAN
375. TARIGAN BANDANG 376. TARIGAN GANAGANA 377. TARIGAN GERNENG 378. TARIGAN GIRSANG 379. TARIGAN JAMPANG 380. TARIGAN PURBA 381. TARIGAN SILANGIT 382. TARIGAN TAMBAK 383. TARIGAN TAMBUN 384. TARIGAN TAGUR 385. TARIGAN TUA 386. TARIGAN CIBERO PERANGINANGIN 387. PERANGINANGIN-BENJERANG 388. PERANGINANGIN BANGUN 389. PERANGINANGIN KABAK 390. PERANGINANGIN KACINABU 391. PERANGINANGIN KELIAT 392. PERANGINANGIN LAKSA 393. PERANGINANGIN MANO 394. PERANGINANGIN NAMOHAJI 395. PERANGINANGIN PANGGARUN 396. PERANGINANGIN PENCAWAN 397. PERANGINANGIN PARBESI 398. PERANGINANGIN PERASIH 399. PERANGINANGIN PINEM 400. PERANGINANGIN SINUBAYANG 401. PERANGINANGIN SINGARIMBUM 402. PERANGINANGIN SINURAT 403. PERANGINANGIN SUKATENDE 404. PERANGINANGIN ULUJANDI 405. PERANGINANGIN UWIR

GINTING
406. GINTING BAHO 407. GINTING BERAS 408. GINTING GURUPATIH 409. GINTING JADIBATA 410. GINTING JAWAK 411. GINTING MANIK 412. GINTING MUNTE 413. GINTING PASE 414. GINTING SIGARAMATA 415. GINTING SARAGIH 416. GINTING SINUSINGAN 417. GINTING SUGIHEN 418. GINTING SINUSUKA 419. GINTING TUMANGGER 420. GINTING CAPA

SEMBIRING
421. SEMBIRING-BRAHMANA 422. SEMBIRING BUNUHAJI 423. SEMBIRING BUSUK (PU) 424. SEMBIRING DEPARI 425. SEMBIRING GALUK 426. SEMBIRING GURU KINAYA 427. SEMBIRING KELING 428. SEMBIRING KALOKO 429. SEMBIRING KEMBAREN 430. SEMBIRING MELIALA 431. SEMBIRING MUHAM 432. SEMBIRING PANDEBAYANG 433. SEMBIRING PANDIA 434. SEMBIRING PELAWI 435. SEMBIRING SINULAKI 436. SEMBIRING SINUPAYUNG 437. SEMBIRING SINUKAPAR 438. SEMBIRING TAKANG 439. SEMBIRING SOLIA MARGA SILEBAN MASUK TU BATAK

SINAGA
440. SINAGA NADIHAYANGHOTORAN 441. SINAGA NADIHAYANGBODAT 442. SINAGA SIDABARIBA 443. SINAGA SIDAGURGUR 444. SINAGA SIDAHAPINTU 445. SINAGA SIDAHASUHUT 446. SINAGA SIALLAGAN 447. SINAGA PORTI

DAMANIK
448. DAMANIK-AMBARITA 449. DAMANIK BARIBA 450. DAMANIK GURNING 451. DAMANIK MALAU 452. DAMANIK TOMOK

SARAGI
453. SARAGIH-DJAWAK 454. SARAGIH DAMUNTE 455. SARAGIH DASALAK 456. SARAGIH GARINGGING 457. SARAGIH SIMARMATA 458. SARAGIH SITANGGANG 459. SARAGIH SUMBAYAK 460. SARAGIH TURNIP

PURBA
461. PURBA BAWANG 462. PURBA DAGAMBIR 463. PURBA DASUHA 464. PURBA GIRSANG 465. PURBA PAKPAK 466. PUBA SIIDADOLOK 467. PURBA TAMBAK HALAK SILEBAN NA MASUK TU MARGA NI BATAK

468. BARAT ( SIAN HUTABARAT) 469. BAUMI (MSRINGAN DI MANDAILING) 470. BULUARA ( MARINGANAN DI SINGKIL) 471. GOCI (MARINGANAN DI SINGKIL) 472. KUMBI (MARINGANAN DI SINGKIL) 473. MASOPANG (DASOPANG) SIAN HASIBUAN 474. MARDIA (MARINGAN DI MANDAILING) 475. MELAYU (Maringan di Singkel) SIAN MALAU 476. NASUTION (deba mangakui siahaan do nasida pomparan ni si Badoar [sangti] 477. PALIS ( MARINGAN DI SINGKILDOLOK) 478. RAMIN (MARINGAN DI SINGKIL) 479. RANGKUTI ( didok deba nasida, turunan ni Sultan Zulqarnain sian Asia tu Mandailing) ------- Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak (W. M. Hutagalung. CV Tulus Jaya, 1991)

UMPASA



Umpasa Batak di na laho marsirang


Pidong sitapitapi, habang diatas hauma
Horas ma hamu na hupaborhat hami
Horas hami na tininggalhonmuna

Dolok ni Panampahan, tondongkon ni Tarabunga
Sai horas ma hamu dipardalanan songoni dung sahat tu inganan muna

Tombak ni Sipinggan di dolok ni Sitapongan
Di dia pe hita tinggal, sai tong ma hita masihaholongan

Eme sitambatua parlinggoman ni siborok
Amanta Debata do silehon tua, sai luhutna ma hita diparorot

Mangerbang bungabunga, ditiur ni mata ni ari
Selamat jalan ma dihamuna, selamat tinggal ma di hami

Umpasa Batak Mangadopi natua tua

Umpasa Batak sidohonon molo dohot iba mangadopi natua tua na manjalo sipanganon sian angka anakkonna

Andor halumpang ma togutogu ni lombu dohot togutogu ni horbo laho tu Lapogambiri
Sai saur ma hamu leleng mangolu paihutihut pahompu sahat tu na marnono dohot marnini

Tinpu bulung ni sabi nibutbut pinaspashon
I dope na tarpatupa hami ba i ma jolo tahalashon

Hata sian undangan tu natuatua i:

Polta bulan i Ama ni Manggule: Ro nuaeng angka pomparanmu mamboan sipanganon ba dohot hami mauliate

Tubu ma singkoru di dolok ni Simamora
Sai torop ma anak dohot boru na basa jala sisubut roha

Tubu dingindingin jonok tu simartolu
Horas ma tondi madingin pir tondi matogu
Sai ro ma nipi na uli sai leleng hamu mangolu
Haliangan ni nono dohot nini raphon anak dohot boru

Hata ni undangan tu ianakkon na mamboan sipanganon :Binolus Purbatua laho tu Parsingkaman
Naburju marnatuatua ingkon sai dapotan pandaraman
Laho pe ibana mangula sai na dao ma parmaraan
Sai dapotsa na niluluan sai jumpang na jinalahan

Taringot di sipanganon na binoanmuna tu natuatua i :
Disi do gandina, disi do nang gandona
Disi do daina disi do nang tabona
Sirsir ansimna jala hona dohot asomna

Asa dohonon nami ma :
Bagot na marhalto ma di ladang ni Panggabean
Horas ma hami na manganhon, lam martamba sinadongan di hamu na mangalean

Ia siula tano do hamu ba on ma dohononnami :
Binanga ni Sihombing binongkak ni Purbatua
Tu sanggar ma amporik tu lombang ma satua
Sai sinur ma pinahan gabe na niula

Molo partigatiga do hamu ba on ma dohonon namu :
Tinampul bulung bira bahen saong laho tu ladang
Sai mangomo ma hamu sian tigatiga ba sai maruntung ma sian dagang

Molo tung sipata rugi hamu ba sai dapot nian nidok ni umpasa :
Soban rantingranting soban ni Sijamapolang
Ba molo rugi hamu sian antinganting, ba sai mangomo ma sian golang

Molo pegawai do hamu ba on ma dohonon nami :
Tinapu bulung salaon dongan ni bulung si tulan
Ba sai naek pangkat ma hamu ganup taon, sai tamba gaji tiap bulan

Molo adong di hamu na so hot ripe dope on ma dohonon nami:
Parik ni Lubutua hatubuan ni bulu duri
Na burju marnatuatua sai ingkon dapotan rongkap na uli

Baangkup ni i :
Molo adong disi hulingkuling sai adong ma disi holiholi
Molo adong disi na so muli sai adong do rongkap ni i naso mangoli

Sahatsahat ni solu ma sahat di rondang ni bulan
Sai leleng ma hamu mangolu jala sai dipasupasu Tuhan

Umpasa Batak Tingki Mangapuli

Jotjot do tadok : Tua na so taraithon, Soro ni ari na so tarhaishon

Alai dumenggan do dohonon umpasa on :
Ramba ni Sipoholon marduhutduhut sitata
Las ni roha dohot sitaonon sude do i sian Amanta Debata
Asa :
Hau ni Gunungtua, dangkana madaguldagul
Tibu ma dilehon Tuhanta dihamu tua, jala tibu hamu diapulapul

Poltak bulan tula, binsar ia mata ni ari
Tibu ma ro tu hamu soritua, singkat ni sori ni ari

Angkup ni i :
Hotang binebebebe, hotang pinilospulos
Unang iba mandele, ai godang do tudostudos

Tamba muse :
Hotang benebebebe, hotang ni Siringkiron
Unang iba mandele, ai godang dope sihirimon

On pe :
Dolok ni Simalungun ma tu dolok ni simamora
Sai salpu ma angka na lungun, hatop ma ro silas ni roha


Ingkon maratur do dohonon angka umpasa i

Molo torop do angka umpasa nanaeng dohonon, ingkon jagaon do asa maratur parjojor ni angka umpasa i hinatahon.

Unang rupani pinungka mandok umpasa :
Andor hadumpang togutogu ni lombu
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na mangiringngiring pahompu
Dung i niudut dohot umpasa :
Giringgiring gostagosta
Sai tibu ma hamu mangiringngiring jala mangompa ompa
Ndang denggan be parjojorna molo songon i nidok.

Tarsongon na ditoru on ma binahen parjojor ni angka umpasa i tu na baru marbagus:
  • Umpasa asa togu parsaripeon nasida
Bagot na mararirang ditoruna panggongonan Badanmuna ma na so ra sirang, tondimuna masigomgoman
  • Umpasa hagabeon
Bintang ma na rumiris tu ombun na sumorop Anak pe dihamu sai riris, boru pe antong torop
  • Umpasa asa maradong
Urat ni nangka ma tu urat ni hotang Ba tudia pe hamu mangalangka, ba sai disi ma hamu dapotan pansamotan
  • Umpasa asa sai didongani Tuhanta nasida
Eme sitambatua parlinggoman ni siborok Dilehon Tuhanta ma dihamu tua, jala sai hot ma hamu diparorot
  • Umpasa panutup
Sahatsahat ni solu sahat ma tu bontean Sahat ma hamu leleng mangolu, sahat tu parhorasan dohot tu panggabean

Taringot tu na mandok umpasa

Molo naeng mandok umpasa iba sai jumolo ma nidok:"Sai dilehon Tuhanta Pardenggan basa i ma dihamu songon na nidok ni umpasa on".

Ise do na patut mandok umpasa pasupasu?Somalna najolo holan hulahula do sidok angka umpasa pasu-pasu tu parboruonna, natoras tu ianakonna, haha tu angka anggina, jadi ndang boi boru mandok umpasa pasupasu tu hulahula na. Alai molo porlu boi do, asal majolo dilapik hata na jala didok:"Santabi di hulahula nami, ndada na naeng ma masumasu hami rajanami, ia hudok pe angka umpasa annon, songon tamiang pangidoan nami do i tu Amanta Debata". Dung i boi ma dohononna angka umpasa i.
Alai ndada pola lapihon hata ianggo di tingki na mandok angka umpasa na mardomu tu na mangampu do, rupani :
Turtu ma ninna anduhur, tio ninna lote
Angka pasupasumuna i sai unang muba unang mose

Taringot tu raja parhata

Disude adat na balga (marhata sinamot, marunjuk, mangadathon/mangadati, mangompoi jabu, mamestahon tambak ni ompu dohot angka na asing dope), sai jolo dibahen protokol ni hasuhutan do rapot na jempek dohot dongan sabutuhana laho manotophon ise sian nasida na gabe parhata, tarsongon on ma pangkataion disi:

Protokol ni hasuhutan mamungka
Hamu angka hahadoli dohot angidolinami, ia hita pomparan ni Ompu ........ nungnga tahasomalhon, molo masa di hami pomparan ni Ompunta Paitonga ulaon songon na taadopi sadari on, ba hamu ma hahadoli manang anggi doli ma na gabe raja Parhata. Nuaeng pe, ba mardos ni tahi ma hamu hahadoli dohot anggidoli nami manang na ise bahenonmuna na gabe raja parhata sian hamu. Botima
Alus sian hahadoli : ido tutu anggidoli, toho do na nidokmi. Jadi ala hami do na baruon gabe raja Parhata di ulaonmuna parpudi, ba ianggo sadari on sian anggidolinta ma na gabe raja Parhata. Botima
Hata sian anggi doli:Tutu do i, hahadoli na nidokmuna i, ba hami pe antong ndada manjua disi, rade do hami na gabe raja Parhata. (dung i di dompakhon ma tu angka donganna saompu jala didok) Nungnga sude huta mambege hata i. Jadi nuaeng, ba ise ma sian hita na gabe parhata?
NB: Sai tar na ummalo marhata ma dipillit nasida gabe raja parhata
Molo sidua hasuhuton do ulaon i, songon di pesta unjuk rupani, ba duansa ma hasuhuton i (parboru dohot paranak) masibahen rapot naa be songon na di ginjang i, laho manotophon raja parhatana be

Ruhut Ruhut Ni Pangkataion

  1. Denggan ma pintor ditontuhon jala dipaboa parhata, asa adong tingkina parade sihataonna. Ai marguru tu haradeon do na gumodang manontuhon hadengganon ni pangkataion. Somalna parjambaran do mangkatai, sian dos ni roha.
  2. Ganup ma mandok hata, naeng ma jongjong ibana di ingananna molo tar torop do na pungui (molo lobi di ginjang ni 30 halak). Jala naeng ma suarana torang, boi dibege sude natorop i.
  3. Naeng ma rumang ni pangkataion i dibagasan tulus ni roha, kewajaran, dohot suasana kekeluargaan. Unang hakasaron muruk, mangkritik, humor na melukai dohot pametmethon sasahalak dohot na suman tusi.
  4. Unang ma adong pangkatai na pagajangku, na mamangke tingki na palobihu. Mardomu tusi unang ma adong hata namulak-ulak, rarat jala manimbil.
  5. Molo adong pandohan ni sasahalak na so tingkos, di patingkos ma i dohot manat dibagasan halambohon dohot kebijaksanaan.
  6. Molo mamangke umpama, sungkup ma umpama i sada manang dua. Denggan ma umpama i didok songon aslina, unang di parhaneang.
  7. Unang ma adong terjadi, na patut mangkatai manang na patut mandapot jambar hata ndang mangkatai. Tagonan do lobi sidok hata sian na hurang.
  8. Molo kebetulan adong sahalak na terkemuka hadir dipunguan i, na terpandang kedudukanna di masyarakat, songon di hamaloon, kedudukan, pengalaman dohot na suman tusi, tama di igilon asa mangkatai nasida. Protokol ma na mamereng i.
  9. Andorang so mautup manang paampuhon tu suhut, molo adong dope tingki, denggan do igilon, manang na adong dope sahalak manang dua halak nataronjar rohana laho mandok hata dope.

Kamis, 19 Januari 2012

UMPAMA

Angka Umpama

  1. Tongka do mulak tata naung masak, mulak marimbulu naung tinutungan
  2. Tu duru ma hata mabuk, tu tonga hata umum
  3. Ndang adong amporik na so siallang eme
  4. Ingkon sada do songon dai ni aek, unang mardua songon dai ni tuak
  5. Di ginjang bulung botik binoto paetna, buni parsisiraan binoto ansimna
  6. Unang songon ulubalang so mida musu
  7. Diorong asu do na so ompuna, paniseon do halak di na so padanna
  8. Ndang piga halak sigandai sidabuan, alai godang sigandai hata
  9. Piltik ni hasapi do tabo tu pinggol, anggo piltik ni hata sogo do begeon
  10. Hata paduadua suminta parsalisian, hata patolutolu suminta parrosuan
  11. Ganjang pe nidungdung ni tangan, ganjangan dope nidungdung ni roha
  12. Molo iba maniop matana halakan maniop suhulna, aganan ma pinalua
  13. Santau aek nuaeng, duaan tahu aek marsogot, na santahu i do pareahan
  14. Ingkon martangga martordingan do songon paranak ni balatuk
  15. Sai martanda ma songon adian, marhinambar songon dolok